Jumat, 25 Mei 2012

Kakek,Cucu,dan Kuda Poni

Alkisah …
Pada suatu hari, sepasang kakek dan nenek dikunjungi Anaknya yang telah berkeluarga beserta cucunya yang berumur 9 Tahun.
Sang Kakek Begitu Bahagia Luar Biasa, karena sudah 10 Tahun Tidak Bertemu.
Sang Kakek lalu mengajak Cucunya jalan-jalan ke Kebun Binatang yang tidak jauh dari rumahnya, dan ketika sampai di Kandang Kuda, sang cucu sangat senang melihat seekor Kuda Poni yang masih Kecil.
“ Kek, belikan aku Kuda Itu .. Dia lucu sekali “ rengek si cucu
“ Tapi .. Kuda itu tidak dijual, Cu .. “ jawab si Kakek
Tapi tetap si Cucu merengek minta dibelikan Kuda, dan singkat cerita karena RASA SAYANGNYA si Kakek kepada cucu satu-satunya, maka sang Kakek Berhasil MERAYU Petugas Kebun Binatang untuk Membeli Kuda Poni tersebut.
Sang cucu Senang Sekali …
Lalu Pulanglah Sang Kakek Menuntun Kuda Poni tersebut menuju rumahnya, ditemani sang cucu yang berjalan di sebelahnya.
Baru 100 Meter berjalan …
Mereka Bertemu dengan 2 orang tetangganya, dan Tetangganya itu berkata :
“ Hai, Kek , wah lucu sekali Kuda Poninya … Tapi kenapa cucu anda tidak dinaikkan saja ke Kuda Poni tersebut, kasihan kan masih kecil sudah disuruh berjalan … “
“ Wah benar juga ya .. “ jawab si Kakek
Akhirnya sang cucu diangkatnya dan didudukkan ke atas Kuda Poni tersebut..
Mereka pun melanjutkan perjalanan..
Lalu 100 meter kemudian …
Mereka bertemu dengan tetangganya yang lain , dan Tetangganya itu berkata :
“ Hai, Kek , wah habis beli Kuda Poni ya Kek … Tapi Kok Kakek Jalan Kaki ?
Seharusnya kan Kakek yang ada diatas kuda Poni tersebut? Kakek kan sudah tua, sedangkan cucu anda ini masih muda, tidak seharusnya dia bermalas-malasan. Anda harus mendidik dia untuk menjadi pemuda yang kuat dengan meyuruhnya berjalan kaki, kalau tidak dia akan jadi pemuda yang cengeng.
Lalu si Kakek Berfikir : “ Iya juga ya .. Terima kasih sarannya “
Akhirnya si Kakek naik ke atas Kuda Poni, dan cucunya gantian berjalan disamping kuda
Lalu 200 meter kemudian …
Mereka bertemu dengan kumpulan Ibu-Ibu , dan Tetangganya itu berkata :
“ Hai, Kek ,dari mana Kuda Poni ini belinya ? … Lho, Tapi Kok Kakek yang naik kuda sedangkan cucu anda yang masih kecil malah jalan kaki, kasian kan .. ? Kenapa cucu anda tidak diajak sekalian naik di atas Kuda Poni tersebut ? Kasihan lho, nanti cucu anda bisa sakit kalau kecapaian ..”
Lalu si Kakek Berfikir : “ Benar juga sich .. Kenapa aku tidak kepikiran dari tadi ya “
Akhirnya si Kakek ikut naik ke atas Kuda Poni, dan mereka berdua ada diatas Kuda Poni.
Belum ada 100 meter mereka melanjutkan perjalanan…
Mereka bertemu dengan PAK RT , dan PAK RT berkata kepada sang Kakek :
“ Selamat siang, Pak , apa kabar ? Eh ini cucunya ya, Pak ?
“Kabar baik, Pak RT, Benar ini cucu saya baru datang dari Kota, kami dari Kebun Binatang dan cucu saya ini minta dibelikan Kuda Poni, yach namanya juga sayang Cucu .. “ jawab si Kakek.
“ Oh begitu … Tapi ngomong-ngomong nich Pak.. Apa Bapak Tidak Kasihan sama Kuda Poni itu. Dia kan masih muda, kok Tega – Teganya Bapak menumpanginya Berdua ? Saya kuatir Kuda ini akan MATI karena terlalu berat menahan beban anda berdua ? Malah kalau bisa Anda menggendong Kuda Poni ini, toh rumah anda sudah tidak jauh lagi … “
“ Wah Pak RT benar juga ya, kalau Kuda Poni ini mati, saya juga yang bakal repot kalau cucu saya menangis dan merengek lagi. Bisa – bisa saya harus beli Kuda Poni lagi. “
Akhirnya, sang kakek dan cucunya turun dari atas kuda poni tersebut, dan Sang Kakek Menggendong Kuda Poni tersebut, dan cucunya berjalan mengikuti di belakangnya.
Lalu ketika mereka hampir sampai rumah, lewatlah sekumpulan Pemuda dan mereka menertawakan sang kakek sambil berkata :
Pemuda 1 : “ Hahaha … Bodoh sekali kakek ini, kok malah menggendong Kuda, bukan menggendong cucu “
Pemuda 2 : “ HAHAHA… IYA BELUM PERNAH AKU menemukan kejadian selucu ini …  kenapa Kuda itu tidak dituntun saja
Sang Kakek terdiam sambil menahan amarah…
Dia sangat kesal mengapa apapun yang dia lakukan, selalu dianggap salah oleh orang lain …

Dari Kisah Ini kita dapat mengambil kesimpulan :
1. Apapun yang anda lakukan PASTI AKAN MENDAPAT KOMENTAR YANG BERBEDA-BEDA dari ORANG LAIN.
2. Jika anda membuat suatu keputusan, Anda harus tegas dan percaya bahwa keputusan yang anda ambil adalah benar, tidak peduli apapun komentar ORANG LAIN
3. Adalah sangat sulit menjadi seorang Pemimpin, karena mengabulkan keinginan setiap orang itu adalah suatu HAL YANG MUSTAHIL.
4. Karena itu, setidaknya sebagai PEMIMPIN di Keluarga Anda,apabila anda menemukan suatu masalah, bukalah setiap saran dan masukan dari setiap anggota keluarga, TAPI buatlah satu keputusan penting yang sudah anda pertimbangkan matang-matang, dan setiap anggota keluarga haruslah mematuhi Keputusan yang sudah anda ambil.
5. Apalagi jika anda menjadi pemimpin diruang lingkup yang lebih luas, Anda Harus lebih tegas dan tidak mudah goyah apabila anda sudah mengambil KEPUTUSAN, karena walaupun akan mendapat komentar yang berbeda-beda dari setiap orang,
bagaimanapun juga PRO – KONTRA itu adalah hal yang sudah biasa. TETAPLAH TEGUH PADA PENDIRIAN ANDA.

Selasa, 08 Mei 2012

Terkadang Diam itu Perlu

Pada suatu ketika, hiduplah seorang penggembala miskin. Setiap hari ia menggiring domba-dombanya ke bukit mencari rumput segar. Dari sana ia memandangi desa tempat ia tinggal bersama keluarganya. Ia tuli, tetapi itu tak jadi masalah baginya.
Suatu hari istrinya lupa mengirim bungkusan makan siangnya; juga tidak menyuruh anak mereka untuk membawakannya. Sampai tengah hari kiriman itu tidak datang juga. Si penggembala itu berpikir, “Aku akan pulang dan mengambilnya. Aku tidak dapat berdiam di sini sepanjang hari tanpa sepotong makanan.” Namun ia tidak dapat meninggalkan domba-dombanya. Tiba-tiba ia memperhatikan seorang pemotong rumput di tepi bukit. Ia menghampirinya dan berkata, “Saudaraku, tolong jaga domba-dombaku ini dan awasi jangan sampai tersesat atau berkeliaran. Aku akan kembali ke desa karena istriku begitu bodoh lupa mengirim makan siangku.”

Ternyata pemotong rumput itu juga tuli. Ia tidak mendengar satu kata pun yang diucapkan, dan sama sekali salah paham terhadap maksud si penggembala.

Katanya, “Mengapa aku harus memberi rumput untuk ternakmu? Sedangkan aku sendiri memiliki seekor sapi dan dua ekor kambing di rumah. Tidakkah kau lihat, aku ini harus pergi jauh demi mencari rumput bagi ternak-ternakku.

Tidak, tinggalkan aku. Aku tidak ada urusan dengan orang sepertimu yang hanya ingin enaknya sendiri mengambil milikku yang cuma sedikit ini.” Ia menggerakkan tangannya dan tertawa kasar.

Si penggembala tidak mendengar apa yang dikatakan oleh si pemotong rumput.

Katanya, “Oh, terima kasih kawan, atas kebaikkan dan kesediaanmu. Aku akan segera kembali. Semoga keselamatan dan berkah tercurah atas dirimu. Engkau telah meringankan bebanku.” Ia segera berlari ke desa menuju gubuknya yang sederhana. Di sana ia mendapati istrinya sakit demam dan sedang dirawat oleh para istri tetangga.

Kemudian, si penggembala itu mengambil bungkus makanan dan berlari kembali ke bukit. Ia menghitung domba-dombanya dengan cermat. Semuanya masih lengkap seperti semula. Ia lalu melihat si pemotong rumput masih sibuk memotong rumput segar. Si penggembala ini berkata pada dirinya sendiri, “Ah, betapa luar biasa pribadi si pemotong rumput ini. Benar-benar dapat dipercaya. Ia sudah menjaga domba-dombaku agar tidak terpencar bahkan tidak mengharapkan terima kasih dariku. Aku akan memberinya domba pincang ini. Sebenarnya domba pincang ini akan kusembelih sendiri, namun biarlah aku berikan pada si pemotong rumput itu agar bisa jadi makan malam yang lezat bagi keluargnya.
Ia pun memanggul domba pincang yang dimaksud di atas bahunya, menuruni bukit dan berteriak pada si pemotong rumput, “Wahai saudaraku!, ini hadiah dariku, karena engkau telah menjaga domba-dombaku selama aku pergi. Istriku yang malang menderita demam, itulah mengapa ia tidak mengirimkan aku makan siang.
Pangganglah domba ini untuk makan malammu nanti malam; lihat domba ini kakinya pincang dan memang akan aku sembelih!”
Tetapi disisi lain, si pemotong rumput tidak mendengar kata-katanya dan berteriak marah, “Penggembala busuk! Aku tidak tahu apapun yang terjadi selama kau pergi. Jadi jangan salahkan aku atas kaki pincang dombamu! Sedari tadi aku sibuk memotong rumput, dan tidak tahu mengapa hal itu terjadi!
Pergilah, atau aku akan memukulmu!”
Si penggembala itu amat heran melihat sikap marah si pemotong rumput, tetapi ia tidak dapat mendengarkan apa yang dikatakannya. Tiba-tiba ada seorang melintas di antara mereka dengan menunggang seekor kuda yang bagus. Si penggembala menghentikan si penunggang kuda itu dan berkata, “Tuan penunggang kuda yang mulia, aku mohon katakan padaku apa yang diucapkan oleh pemotong rumput itu. Aku ini tuli, dan tidak tahu mengapa ia menolak pemberianku berupa seekor domba ini, malah marah-marah seperti itu.”

Si penggembala dan si pemotong rumput mulai saling berteriak pada si penunggang kuda untuk menjelaskan kemauannya masing-masing. Si penunggang kuda itu turun dan menghampiri mereka. Ternyata penunggang kuda itu pun sama tulinya. Ia tidak mendengar apa-apa yang kedua orang itu katakan. Justru, ia ini sedang tersesat dan hendak bertanya dimana dirinya saat ini. Tetapi ketika melihat sikap keras dan mengancam dari ke dua orang itu, akhirnya ia berkata, “Benar, benar, saudara. Aku telah mencuri kuda ini. Aku mengakui, tetapi aku tidak tahu kalau itu milik kalian. Maafkan aku, karena aku tidak dapat menahan diriku dan bertindak mencuri.”

“Aku tidak tahu apa-apa tentang pincangnya domba ini!” teriak pemotong rumput.

“Suruh ia mengatakan padaku mengapa pemotong rumput itu menolak pemberianku, ” desak si penggembala, “aku hanya ingin memberikannya sebagai penghargaan tanda terima kasihku.”
“Aku mengaku mengambil kuda. Aku akan kembalikan kuda ini. “kata penunggang kuda,” tapi aku tuli, dan tidak tahu siapa di antara kalian pemilik sesungguhnya kuda ini.”
Pada saat itu, dari kejauhan, tampak seorang guru tua berjalan. Si pemotong rumput lari menghampirinya, menarik jubah lusuhnya dan berkata, “Guru yang mulia, aku seorang tuli yang tidak mengerti ujung pangkal apa yang dibicarakan oleh kedua orang ini. Aku mohon kebijaksanaan anda, adili dan jelaskan apa yang mereka teriakkan.”

Namun, si Guru tua ini bisu dan tidak dapat menjawab, tapi ia mendatangi mereka dan memandangi ketiga orang tuli tersebut dengan penuh selidik.

Sekarang ketiga orang tuli itu menghentikan teriakan mereka. Guru itu memandangi sedemikian lama dan dengan tajam, satu per satu hingga ketiga orang itu merasa tidak enak. Matanya yang hitam berkilauan menusuk ke dalam mata mereka, mencari kebenaran tentang persoalan tersebut, mencoba mendapatkan petunjuk dari situasi itu.

Tetapi ketiga orang tuli itu mulai merasa takut kalau-kalau guru tua itu menyihir mereka atau mengendalikan kemauan mereka. Tiba-tiba si pencuri kuda meloncat ke atas kuda dan memacunya kencang-kencang. Begitu juga si penggembala, segera mengumpulkan ternaknya dan menggiringnya jauh ke atas bukit. Si pemotong rumput tidak berani menatap mata guru tua itu, lalu ia mengemasi rumputnya ke dalam kantong dan mengangkatnya ke atas bahu dan berjalan menuruni bukit pulang ke rumahnya.

Guru tua itu melanjutkan perjalanannya, berpikir sendiri bahwa kata-kata merupakan bentuk komunikasi yang tidak berguna, bahwa orang mungkin lebih baik tidak pernah mengucapkannya!

Jumat, 27 April 2012

Apa Itu Cinta? Apa itu Pernikahan?

 
Suatu ketika seorang murid bertanya kepada gurunya,Plato.
"Guru, apa itu cinta? Apa itu pernikahan? Dan bagaimana caranya mengetahui bahwa seseorang itu tepat bagi kita atau tidak?"

Plato menjawab :
"Masuklah kedalam hutan, pilih dan ambillah satu ranting yang menurutmu paling baik, tetapi engkau haruslah berjalan kedepan dan jangan kembali kebelakang. Pada saat kau sudah memutuskan pilihanmu, keluarlah dari hutan dengan ranting tersebut."

Maka masuklah sang murid ke dalam hutan, dan setelah beberapa waktu, ia keluar tanpa membawa sebuah ranting pun. Plato bertanya kepada sang murid, mengapa ia tidak membawa apa2, dan sang murid pun menjawab :
"Saya sebenarnya sudah menemukan ranting yang bagus. tapi saya berpikir barangkali didepan saya ada ranting yang lebih baik. Tetapi setelah saya berjalan kedepan ternyata saya menyadari bahwa ranting yang sudah saya tinggalkan tadilah yang terbaik. Maka saya pun keluar dari hutan tanpa membawa apa-apa."

Plato tersenyum, dan berkata : "Itulah cinta"

Kemudian Plato menyuruh sang murid untuk kembali ke dalam hutan, ia berkata
"Sama seperti ranting tadi, namun kali ini kau harus membawa satu pohon yang kau anggap paling baik dan bawalah keluar hutan."

Maka masuklah sang murid kedalam hutan dan setelah beberapa saat, ia keluar membawa satu pohon yang tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu indah. Saat Plato bertanya, sang murid pun menjawab :
"Saya bertemu pohon yang indah daunnya, besar batangnya...tetapi saya tidak bisa memotongnya dan pastilah saya tidak bisa membawanya keluar dari hutan, akhirnya saya pun meninggalkannya. Kemudian saya menemui pohon yang tidak terlalu buruk, tidak terlalu tinggi dan saya pikir saya bisa membawanya karena mungkin saya tidak akan menemui pohon seperti ini lagi didepan sana. Akhirnya saya pilih pohon ini karena saya yakin mampu merawatnya dan menjadikannya indah."

Plato tersenyum, dan berkata : "Itulah pernikahan"

Sahabat, Pacar, Atau Bukan Siapa-siapa

“.. Yang namanya suka, sayang, cinta itu kita ga bisa tau kapan datangnya John.. ” - Kata salah seorang teman saya.

Anda boleh menikahi sahabat anda tapi jangan memacari sahabat anda sendiri. Setidaknya itu prinsip saya. Saya orang kristiani, perceraian adalah hal yang diharamkan di agama saya. Tapi putus dengan pacar sih masih termasuk yang halal.